Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

Sang Mendung

"Cinderella Dalam Botol", begitu judul cerita yang aku buat malam ini. Kutinggalkan ponselku sebentar. Lalu ketika aku kembali, kudapati sebuah notif messenger. From: Mendung Bagaimana jika ternyata Pangeran memendam perasaan yang sama pada Merah? Ceritamu gantung. Aku kaget. Siapa orang ini? Aku pun membuka profil orang yang bernama 'Mendung' ini. Hanya ada gambar-gambar awan yang mendung. Tidak kutemui mutual friend di profil facebooknya. Lalu kujawab saja asal padanya. To: Mendung Kalau begitu mungkin Pangerannya bisa menemui ayah Si Merah untuk membuka segelnya. Hanya dibaca. Tanpa balasan. "Dasar, orang aneh."gumamku saat itu. *** Hari yang kunantikan telah tiba. Festival dongeng internasional. Museum Nasional. Ah, aku sangat suka berada di museum. Menyenangkan sekaligus menenangkan. Seperti bisa menyusuri diri sendiri. Aku pun bergegas menuju meja penerimaan tamu. Menuliskan nama. Tiba-tiba saja, "Mbak Ara Diara ya?" Salah

Cinderella Dalam Botol

"Huhuhu..." Seorang gadis kecil menangis di bawah pohon Ek. Angin berhembus sangat kencang. Gadis itu tau sebentar lagi ibu peri akan datang. Benar saja, ia kemudian mendengar langkah yang mendekat. "Kamu kenapa, Merah?" tanya ibu peri. "Aku sedih, Ibu Peri. Aku selalu dihina sebagai gadis pendek." Ya, dialah si Kurcaci Merah. Satu-satunya dari bangsa kurcaci yang tersisa. "Hmm... Kamu pernah mendengar tentang Cinderella?" Merah menghapus air matanya. "Pernah." "Kamu mau berubah menjadi gadis cantik dan berdansa dengan pangeran?" Merah membelalakkan matanya tak percaya. "Sungguh? Ibu Peri bisa mengubahku? Lalu, apakah aku akan berubah lagi menjadi gadis pendek ketika jam 12 malam?" Merah tak ingin terlalu senang lebih dulu. "Tidak. Hanya saja, syaratnya lebih berat." "Apa itu, Ibu Peri? Kenapa harus lebih berat dari Cinderella?"