Langsung ke konten utama

Cinderella Dalam Botol


"Huhuhu..." Seorang gadis kecil menangis di bawah pohon Ek.

Angin berhembus sangat kencang. Gadis itu tau sebentar lagi ibu peri akan datang. Benar saja, ia kemudian mendengar langkah yang mendekat.

"Kamu kenapa, Merah?" tanya ibu peri.

"Aku sedih, Ibu Peri. Aku selalu dihina sebagai gadis pendek." Ya, dialah si Kurcaci Merah. Satu-satunya dari bangsa kurcaci yang tersisa.

"Hmm... Kamu pernah mendengar tentang Cinderella?"

Merah menghapus air matanya.
"Pernah."

"Kamu mau berubah menjadi gadis cantik dan berdansa dengan pangeran?"

Merah membelalakkan matanya tak percaya.

"Sungguh? Ibu Peri bisa mengubahku? Lalu, apakah aku akan berubah lagi menjadi gadis pendek ketika jam 12 malam?"

Merah tak ingin terlalu senang lebih dulu.

"Tidak. Hanya saja, syaratnya lebih berat."

"Apa itu, Ibu Peri? Kenapa harus lebih berat dari Cinderella?"

"Syaratnya adalah kamu tidak boleh jatuh cinta pada pangeran. Bagaimana?"

"Kenapa tidak boleh?"

"Karena kamu ada di cerita yang berbeda. Ini bukan ceritamu. Aku hanya berniat menghiburmu menjadi puteri dalam waktu singkat."

Merah terlihat berpikir sejenak. Kalau hanya menahan jatuh cinta, Merah yakin bisa melakukannya. Ia lebih bersemangat untuk menjadi seorang gadis cantik.

"Baiklah, Ibu Peri. Aku mau. Tapi kalau aku melanggar perjanjian itu bagaimana? Bagaimana pula jika ternyata pangeran yang jatuh cinta kepadaku?"

"Jika kamu melanggarnya maka kamu akan dihukum kurung dalam botol. Jadi, apakah kamu yakin mau melakukannya?"

Merah tak mau pikir panjang lagi. Dia sudah lelah dengan segala sakit.

"Baiklah. Aku yakin, Ibu Peri."

Ibu Peri pun mengubahnya menjadi sosok yang sangat cantik. Memang pada dasarnya Merah adalah gadis yang menggemaskan. Ibu Peri hanya menambah tinggi badannya saja dan mendewasakan penampilannya.

Merah pun bercermin. Merah takjub.

"Ini... Aku, Ibu Peri?" Merah mencubit pipinya sendiri.

Ibu Peri tertawa pelan. "Iya, Merah."

"Aku... Boleh ikut pesta dansa?"

"Boleh."

Pergilah Merah ke pesta dansa. Bertemulah ia dengan Sang Pangeran.

"Kamu sudah pernah mengunjungi labirin istana?"tanya Pangeran pada Merah.

Merah hanya menggeleng. Pangeran pun menariknya menuju labirin istana.

"Bagaimana jika kita bermain di dalam labirin?"tantang Pangeran.

"Tapi.. Aku baru pertama kali ke sini." Merah ragu.

"Tenang saja, Putri. Aku akan menunjukkan keahlianku padamu. Aku akan menguji ingatanku akan labirin ini. Bagaimana? Mau ikut bersamaku?"

Merah bersemu. Ini pertama kalinya. Hatinya sedikit berdebar tapi ia ingat ia tidak boleh berlebihan.

Masuklah Merah dengan Sang Pangeran ke dalam labirin. Sang Pangeran sangat piawai dalam mencari jalan. Sesekali, ia melindungi Merah dari jebakan-jebakan dalam labirin. Merah terpesona.

"Bagaimana? Menyenangkan bukan?" tanya Pangeran sambil menunjukkan gigi kelincinya.

"Iya!! Kamu hebat." kata Merah tulus tanpa menyembunyikan perasaannya.

Teng...Teng... Sudah pukul 12 malam. Artinya sekarang adalah waktunya untuk berdansa.

"Putri misterius, maukah kau berdansa denganku?" Pangeran sedikit membungkuk dan mengulurkan tangannya.

Merah tak bisa berkata-kata. Ia menyambut Sang Pangeran dengan suka cita. Berdansalah mereka di depan labirin. Tiba-tiba saja ribuan lampion diterbangkan, menambah nuansa manis malam itu.

Merah terbuai. Ini sama sekali berbeda dengan hidup nyatanya. Rasanya ia tak mau pulang. Sebuah pertanyaan mendadak saja terbesit dalam otak Merah. Ia langsung menanyakannya pada Pangeran.
"Pangeran, apakah kamu akan menikah? Dengan siapa?"

Pangeran hanya tersenyum.

"Hmm.. Aku belum memikirkannya. Tapi aku sedang tertarik pada wanita bergaun biru yang sering muncul dalam mimpiku."

Merah sedikit kecewa. Ia sadar betul hang dimaksud Pangeran adalah Cinderella. Tapi malam ini, Merah adalah Cinderella-nya. Ia benci Pangeran yang tidak berubah hatinya.

"Kamu... tidak menyukai warna merah, Pangeran?"tanya Merah sambil berharap.

Pangeran tertawa.
"Yang kulihat, ada begitu banyak perbedaan antara kita, Putri bergaun merah. Sepertinya kita tidak berada dalam satu circle yang sama."

"Who knows?" Hanya itu yang mampu Merah katakan.

***

Selama berhari-hari Merah terus berada dalam cerita itu. Ia teramat nyaman berada di sana--kecuali menahan perasaannya pada Pangeran.

Hingga hari itu tiba. Hari ketika Pangeran mengajak Merah untuk berburu.

"Sepertinya kamu menyukai berkuda dan memanah, bagaimana kalau kau ikut berburu bersamaku, Putri?" Merah dengan cepat mengangguk. Ia teramat bahagia melihat Pangeran.

Pangeran meminta Merah berada di belakangnya. Pada satu kuda. Debar Merah semakin tak terkendali.

Pada satu waktu, terlepas sudah.
Di pinggiran sungai yang licin, kuda tergelincir. Tangan Merah terlepas dari pegangan. Pangeran menarik Merah dan tak sengaja mendekapnya. Debar Merah berantakan. Luluh lantak.

"Aku mencintaimu, Pangeran." ujar Merah cepat-cepat. Ia tidak peduli lagi pada hukuman yang akan ia terima. Pangeran menatap Merah kaget.

"Tapi, Putri...Ah, Maaf." Pangeran hanya memalingkan wajahnya.

Merah sedih. Ia tau bahwa inilah akhirnya. Inilah konsekuensinya karena merusak cerita orang lain.

BLARR. Petir menggelegar.

BLUMMM. Merah terhisap pada gelembung yang tiba-tiba muncul. Ia terkurung dalam  botol. Ia akan terbebas jika ada yang membuka segelnya. Segel yang hanya diketahui oleh Sang Pembuat Cerita. Dan sekarang, Merah pun lebih dikenal dengan nama "Cinderella dalam botol".

N.B: Mungkin ini asal muasal kenapa banyak gambar Cinderella dalam botol yang tersedia di supermarket-supermarket terdekat di kota anda. Mungkin sebagai bentuk protes Merah karena nggak dikasih bocoran soal 'segelnya'. Padahal segelnya sederhana 'sampai bunyi klik'. #Jayus #CeritaRandom

Komentar

  1. Apaan sih Cinderella dalam botol yang ada di supermarket? *kudet*

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta yang Baru

Baca dulu: Chapter 1: Cinderella dalam Botol Chapter 2: Sang Mendung Ceritanya ini adalah setoran pertama untuk tantangan selama satu minggu dan membayar setoran tantangan menggunakan kalimat pertama di buku halaman 24 paragraf 5. Lisa menyambutku dengan antusias. (Cinta yang Baru, Ahimsa Azaleav, Hal.24 paragraf 5) Lisa menyambutku dengan antusias. Aku mengernyit bingung. Tidak biasanya Lisa seantusias ini. "Ada apa?" "Ada kiriman buat kamu." "Sepagi ini?" "Iya. Buka dong bukaaa. Penasaran niih." Lisa adalah sepupuku yang kebetulan sedang menginap selama satu minggu di rumahku. Aku sudah menceritakan tentang 'Mendung' kepadanya. Dan semalam aku tidak pulang ke rumah karena harus menginap di rumah sahabatku, Gigi. "Dari siapa?" Sebelum menerima sesuatu, aku terbiasa bertanya siapa pemberinya. "Sebelum hujaaan. Hahaha." CRAP. Wajahku langsung menegang. Kubuka kotak hijau itu dan isin

Sang Mendung

"Cinderella Dalam Botol", begitu judul cerita yang aku buat malam ini. Kutinggalkan ponselku sebentar. Lalu ketika aku kembali, kudapati sebuah notif messenger. From: Mendung Bagaimana jika ternyata Pangeran memendam perasaan yang sama pada Merah? Ceritamu gantung. Aku kaget. Siapa orang ini? Aku pun membuka profil orang yang bernama 'Mendung' ini. Hanya ada gambar-gambar awan yang mendung. Tidak kutemui mutual friend di profil facebooknya. Lalu kujawab saja asal padanya. To: Mendung Kalau begitu mungkin Pangerannya bisa menemui ayah Si Merah untuk membuka segelnya. Hanya dibaca. Tanpa balasan. "Dasar, orang aneh."gumamku saat itu. *** Hari yang kunantikan telah tiba. Festival dongeng internasional. Museum Nasional. Ah, aku sangat suka berada di museum. Menyenangkan sekaligus menenangkan. Seperti bisa menyusuri diri sendiri. Aku pun bergegas menuju meja penerimaan tamu. Menuliskan nama. Tiba-tiba saja, "Mbak Ara Diara ya?" Salah